Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama di Indonesia (Bagian I)

Oleh Drs. Hironimus Pakaenoni, L.Th. (Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang)

Masyarakat ditarik dari akar-akar radisional mereka dan mengalami kebingungan serta alienasi ketika mereka beradaptasi dengan keadaan baru. Situasi ini tentu saja menuntut metode pastoral baru dari pihak Gereja. Dalam kasus ini, Gereja memang harus membaharui, atau lebih tepat, melengkapi model territorial tradisionalnya dengan “model  diaspora modern”. Tepatnya dalam konteks ini, komunitas-komunitas basis gerejani dapat memainkan perannya yang efektif sebagai cara baru hidup menggereja di dunia
modern.

Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama di Indonesia (Bagian I)
Para mahasiswa STFK Ledalero antusias mengikuti Seminar bertema Nasional “Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan di Indonesia” yang berlangsung di Aula Santo Thomas Aquinas Ledalero, Jumat (4/3/2022). Foto Walburgus Abulat

 

2.1.4. Gereja Di Tengah Masyarakat Plural

Nyatanya Gereja Katolik di Indonesia cumalah “sebuah kelompok kecil” atau “minoritas” yang berusaha berakar dan bertumbuh di dalam masyarakat yang bergerak secara cepat. Menurut data terakhir (yang diambil tahun 2003), prosentase jumlah umat Katolik di Indonesia adalah 3 % dari total jumlah penduduk, sedangkan Protestan 5 %, Islam 88 %, Hindu 2%, dan Budha sekitar 1%.

BACA JUGA:
Generasi Muda "Waras" Tidak Pilih Pemimpin Karbitan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More