Curah Hujan Tinggi, Fenomena Tanah Bergerak Semakin Parah
Ketua BPD setempat, Viktor Bitrudis bersama aparat desa lainnya melaporkan perkembangan yang terjadi tiap hari kepada Pemerintah Desa Nampar Macing (Desa induk).
“Hingga kemarin waktu kami kirim laporan ke desa masih terjadi perubahan pergeseran tanah tiap hari dan semakin parah. Contohnya terjadi di rumah bapak Kristoforus Mantat. Sebelumnya hanya terjadi retakan kecil. Tapi kemarin sudah terlihat makin menganga”, kata Viktor.
Fenomema tanah bergerak di Dusun Tado mengancam keselamatan 411 jiwa atau 114 KK yang tinggal di Kampung Wae Munting RT 006 dan Kampung Dange RT 005. Hingga kini tercatat ada 11 rumah warga yang rusak. Kondisi terparah terjadi di Kampung Wae Munting. Rumah permanen bapak Simplisius Jempo dan Benyamin Nene Haefeto sudah roboh pada 23 Februari 2022 lalu.
Dua rumah lainnya nyaris roboh, yakni rumah semi permanen berdinding papan ukuran 6×8 meter milik Matius Demin dan rumah semi permanen ukuran 6×7 meter milik Kosmas Mandang.
Tujuh rumah lainnya yang sudah rusak, yakni rumah permanen ukuran 7×9 meter milik Wilhelmus Gostram, rumah permanen ukuran 6×8 meter milik Kristoforus Mantat, rumah permanen ukuran 4×7 meter milik seorang mama Sisi Dawas (80), rumah semi permanen ukuran 6×8 milik Daniel Derin, rumah semi permanen ukuran 6×6 meter milik Viktor Bitrudis, rumah permanen ukuran 6×9 meter milik Karolus Kembung dan rumah berlantai semen ukuran 6×6 meter milik Mikael Agung di Kampung Dange, RT 005.