CSIS Sebut Polarisasi pada Pemilu 2024 Berkurang

Pada pemilu 2014 dan Pemilu 2019, termasuk Pemilukada 2017, model kampanye berbasis media sosial berperan tinggi.

“Dan itu sangat mempengaruhi orang-orang untuk menentukan dan memilih kandidat,” ujarnya.

Pada Pemilu 2024, situasinya berbeda dan saat ini masyarakat sudah jenuh dan mulai sadar verifikasi informasi.

“Verifikasi informasi dari medsos itu terbatas, sehingga sekarang beralih ke televisi,” ujarnya.

Di dua survei terakhir kami, televisi jadi rujukan sumber utama, karena di televisi, proses pemeriksaan data dan lebih terverifikasi,” ujarnya.

Walaupun turun drastis, namun bukan berarti potensi polarisasi tidak ada sama sekali di Pemilu 2024.

Menurut Arya, polarisasi dalam pemilu menjadi hal yang lumrah, selama polarisasinya tidak diafiliasikan dalam pandangan keagamaan.

“Dalam pemilu, polarisasi itu tidak terelakkan, yang baik sekarang itu berdasarkan keagamaan cenderung turun drastis, situasinya jauh lebih baik,” ujarnya.

BACA JUGA:
Kominfo Sediakan 200 Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri untuk Perkuat Talenta Digital Indonesia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More