Covid-19 dan Humanisme Katolik dalam Tinjauan Filosofis dan Etika Katolik

Dalam sejarah humanisme selanjutnya bermunculan sejumlah pemikir humanis Katolik seperti misalnya Henri Bergson, Maurice Blondel, Henri de Lubac. Dari pelbagai aliran humanisme Katolik ada sejumlah kriteria dasar yang mempertemukannya yakni pengakuan manusia sebagai ciptaan Allah dan sebagai pribadi yang bebas, terbatas dan dapat bertanggung jawab. Iman Kristiani memahami manusia sebagai citra Allah yang terpanggil menuju kebebasan dan tanggung jawab. Humanisme Kristiani menafsir relasi manusia dengan Tuhan dalam horison relasi yang harmonis dengan sesama dan alam semesta.

3. Solidaritas pada Masa Pandemi Covid-19: Antara Identitas Katolik dan Humanisme Sekular?

Seperti sudah disampaikan pada awal, humanisme adalah sebuah gerakan intelektual dan etis yang menempatkan manusia sebagai pusat refleksi. Humanisme memberikan penekanan pada pentingnya martabat manusia. Artinya, manusia tidak pernah boleh dijadikan sebagai instrumen untuk tujuan apa pun termasuk tujuan agama.

Jika humanisme dipahami seperti ini, maka sesungguhnya seluruh ajaran Yesus dalam Kitab Suci dapat dipandang sebagai kitab humanisme. Kita bisa ambil contoh dari Injil Matius 25,31-46 tentang pengadilan terakhir. Di sini Yesus bicara sebagai seorang humanis sejati. Pada pengadilan akhir zaman, Yesus menjadikan sikap peduli terhadap sesama manusia sebagai takaran keselamatan. Bahkan pertanyaan tentang identitas agama atau identitas Katolik dan kesalehan ritual sama sekali tidak relevan dalam teks ini.

BACA JUGA:
Hukum Dibajak Politik, Terlibatnya Penguasa dalam Pusaran Kasus Golo Mori
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More