Covid-19 dan Humanisme Katolik dalam Tinjauan Filosofis dan Etika Katolik
2. Apa itu Humanisme Katolik?
Seperti dijelaskan pada bagian terdahulu, humanisme lahir sebagai sebuah gerakan intelektual sekular yang ingin membebaskan dIri dari kungkungan agama pada abad pertengahan. Karena itu humanisme sering berjalan seiring dengan kritik atas agama seperti diwakili oleh para pemikir ateis seperti Feuerbach, Marx, Friedrich Nitzsche dan Jean-Paul Sartre.
Akan tetapi sesungguhnya dalam Gereja Katolik sendiri pada awal kelahiran humanisme terdapat sejumlah usaha untuk menafsir ajaran agama dari perspektif yang humanistis. Pada abad ke-15 misalnya Pico della Mirandolla menekankan kebebasan manusia sebagai citra Allah. Manusia sebagai makhluk yang bebas adalah esensi dari humanisme. Sebagai citra Allah manusia adalah pencipta dirinya sekaligus pencipta dunia yang baru. Hakekat citra Allah bukan saja terungkap lewat akal budi, melainkan lewat keniscayaan bahwa manusia mampu merumuskan sendiri hukum moral. Dengan demikian manusia tidak lagi dipandang sebagai nasib, tapi makhluk bebas yang dikaruniai akal budi untuk menciptakan hukum moral untuk menata hidupnya. Demikian pun eksistensi manusia di tengah kosmos bukan lagi sebuah keterberian. Menurut Pico, manusia tidak memiliki kodratnya sendiri, tapi ia harus mendefinisikannya seturut kehendak bebas. Di sini Pico mentransformasikan konsep teologis citra Allah menjadi konsep sekular tanpa kehilangan substansinya.