
Covid-19, Ateisme dan Kematangan Iman
Intinya, kita memohon keselamatan jiwa bagi para korban pandemi Covid-19 ini, mereka yang terpapar, tenaga medis yang berjuang keras untuk menangani wabah ini, serta kepada kita yang masih sehat dan belum terinfeksi. Selain doa-doa, lagu-lagu dan puisi-puisi religius juga membahana di mana-mana. Apakah ini pertanda kebangkitan religius?
Ataukah suatu letupan emosional sesaat lantaran kengerian semakin tingginya eskalasi paparan virus yang menyebabkan korban yang meninggal bertambah dari hari ke hari? Ini perlu kita renungkan lebih jauh karena pandemi Covid-19 dari sisi religius merupakan ujian yang maha berat bagi kaum beriman pada umumnya. Dikatakan ujian, karena kita tertantang untuk merumuskan kembali iman kita kepada Allah.
Allah yang sering kita citrakan sebagai Maha Penyayang, Maha Pelindung, Maha Pemurah, Maha Pengasih, atau Maha Penghibur itu seolah bisu terhadap jeritan dan isak tangis anak manusia yang tidak berdaya dan kita didesak untuk mencoba mengerti dan memahami kebisuanNya. Apakah Allah masa bodoh dengan penderitaan dan kemalangan umat manusia saat ini?