Covid-19, Ateisme dan Kematangan Iman

Berhadapan dengan ancaman-ancaman alam dan non-alam yang menyebabkan frustrasi, manusia memberikan reaksi seperti anak kecil. Manusia membayangkan alam seolah-olah sebagai yang berpribadi atau memiliki karakteristik seperti manusia. Ia membayangkan bahwa alam dapat berlaku seperti bapak dan ibunya yang memiliki kepribadian. Dengan mempribadikan alam itu maka manusia mencoba “menjinakkan” alam agar bisa dikuasai.

Maka dengan perilaku seperti anak kecil, manusia menangis, meminta-minta, membujuk, memohon dengan harapan supaya alam tidak murka. Ia berlaku seperti anak manis yang datang kepada “bapak” dengan wajah yang ramah dan memelas agar “bapak” tidak memarahinya. Tujuan dari personifikasi alam ini adalah agar alam tidak murka dan selalu ramah terhadap manusia.

Dengan konsep ini, Freud ingin mengatakan bahwa perilaku beragama adalah perilaku yang kekanak-kanakan (regresi) atau suatu mekanisme kompensasi yang infantil karena ketidakmampuan manusia untuk mengatasi berbagai persoalan hidupnya. Kritik ini yang sekarang menjadi aktual ketika pandemi dengan kekuatan yang luar biasa itu telah memporakporandakan tatanan hidup seluruh dunia, dan telah menelan korban ratusan ribu jiwa.

BACA JUGA:
Ketua Satgas Covid-19: Desa Ujung Tombak Penanganan Covid-19
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More