Covid-19, Ateisme dan Kematangan Iman

Corona bagian dari proses alamaih yang tak terbantahkan. Jika ada orang yang terjangkit virus dan lalu mati karena daya tubuh rendah, maka hal tersebut merupakan bagian dari kemauan seleksi alam semesta. Lennox menepis anggapan kaum ateis ini. Menurutnya, ateisme terjebak dalam pola pikir fatalistik, dan sama sekali tidak memiliki rasa empati dengan kondisi dunia saat ini.

Pemikiran ateistik tidak dapat menolong dunia saat ini dalam menghadapi masalah penderitaan. Menurut Lennox, walaupun kaum ateis berhasil menyingkirkan Allah dari pemikirannya, tetapi mereka tidak bisa serta merta menyingkirkan pengharapan akan keluarnya dunia dari wabah ini. Dan menurutnya, satu-satunya pengharapan hanya bersumber dari Allah.

Sudah cukup lama masalah penderitaan, kemalangan, bencana, dan kejahatan menjadi pangkal dari kritik kaum ateis terhadap orang-orang beriman. Menurut kaum ateis, jika Allah orang beriman itu baik, bagaimana mungkin Ia menimpakan kesusahan dan penderitaan di atas muka bumi?

Covid-19, Ateisme dan Kematangan Iman
Marsel R. Payong (Dosen Unika St. Paulus Ruteng)
BACA JUGA:
Kokak si Tukang "Joak"
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More