Cerpen: Menangis Dalam Hujan, Menangis Dalam Asap
Mengenang Momen-momen Sunyi Dalam Hidup Karena Ada Yang Pergi Jauh
Dan akhirnya leso temba golo, artinya matahari di punggung bukit-bukit sebelah barat menjelang ia jatuh di balik bukit.
Di atas pohon jeruk dan alpukat dan kopi serta nangka di belakang rumah kami, terdengar bunyi kokok ayam di sore hari. Mereka mulai bersiap-siap untuk naik bertengger di pohon dan akan tidur. Saat itulah mamaku mulai sibuk memasak makan malam. Ia duduk di sapo, mulai sempong api.
Biasanya ia dibantu kakak Sin. Kami anak-anak lain sekadar merecok saja kegiatan mama di dapur di dekat sapo. Tetapi sekarang kak Sin sudah pergi.
Sunyi sekali rasanya dapur kami karena kak Sin tidak ada lagi di situ. Tidak ada lagi yang bercerita tentang bacaan-bacaan di sekolah siang harinya. Bercerita tentang teman-teman sekolahnya, yang malas, yang bodoh, yang suka ngantuk, yang nakal, tidak bisa berhitung, yang tidak bisa membaca dll., Sapo juga sangat sepi rasanya.
Tepat di saat itulah saya melihat mama menangis. Air matanya jatuh di pipi. Saya memberanikan diri bertanya: “Mama menangis?” dengan cepat ia coba tersenyum dan menjawab: “Aeh toe ye. Toe ita le hau nus api hoo ko?” begitu katanya sambil mencoba tersenyum dan menggosok matanya.