Cerpen: Menangis Dalam Hujan, Menangis Dalam Asap

Mengenang Momen-momen Sunyi Dalam Hidup Karena Ada Yang Pergi Jauh

Kedua anak itu tidak boleh atau jangan sampai melihat orang tua mereka menangis. Bagaimanapun juga orang tua harus tampak kuat dan tabah. Hal itu akan menguatkan hati anak-anak itu di dalam perantauan.” Kataku menambahkan permohonanku.

Saat saya menulis tentang hal itu saya pun langsung teringat akan dua hal. Pertama, saya teringat akan saat ketika anakku Yoan dan Agung, tinggal di Asrama. Yoan, pada tahun 2011, diterima di SMA Sedes Sapientiae, Bedono, Ambarawa, Jawa Tengah.

Pada saat itu, kami semua pindah ke Yogya karena saya sedang menempuh studi lanjut di kota budaya dan kota mahasiswa tersebut. Tetapi sebelum masuk ke asrama di Bedono, Yoan tinggal bersama kami di Kontrakan kami di Nglempong Lor, Yogyakarta.

Sindrom Sarang Kosong

Ketika tiba saatnya dia masuk asrama, maka dari Yogya kami pun mengantarnya ke Bedono. Lalu dengan berat hati kami harus tinggalkan dia di asrama. Pada saat itu belum terlalu berat rasanya.

Saya dan ibunya merasa kuat-kuat saja saat meninggalkan dia di asrama. Kami melihat dia mulai berinteraksi dengan teman-teman barunya. Tentu saja kami sangat senang melihatnya. Barulah terasa berat saat kami sudah tiba kembali di sore hari di Kontrakan kami.

BACA JUGA:
Diduga Selingkuh dari Gading, Gisel Terancam Kehilangan Hak Asuh Anak
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More