“Buru Warat” dan Deep Ecology ala Orang Manggarai

Oleh: Bernadinus Steni*

Masih banyak di antara orang-orang manggarai yang menunjukan reaksi spontan dengan kesadaran deep ecology. Ketika bencana longsor terjadi beberapa waktu silam, ritual dilakukan untuk menemukan apa yang salah.

Respons berbagai kelompok, tentu saja tidak selalu sama. Pemerintah, misalnya, menuduh hujan lebat yang tidak bisa disokong oleh daya dukung permukaan tanah.

Aktivis memandangnya sebagai masalah lingkungan hidup, baik karena rusaknya hutan atau perubahan pada bentang alam.

Bahkan masyarakat sendiri bingung dan terbelah. Apakah masih perlu mawas diri dan berkaca atau pasrah menerima bencana tanpa mengambil sikap kolektif.

Ke depan, jawaban kolektif akan makin memudar karena alam makin sulit diajak bicara. Mungkin dia mutung berdialog dengan manusia yang makin tuli mendengar dan membaca tanda-tanda alam.

Manusia lebih senang dan gemar berselancar dengan pikirannya sendiri, daripada mencari kawan dari semesta.

Bagaimana tidak. Perilaku yang dulu dipandang bijak, saat ini jadi meme yang layak jadi tertawaan. Jika dulu, menebang pohon di hutan dimulai dengan ritual, saat ini sikap itu dilecehkan.

BACA JUGA:
Pantau Arus Balik, Bupati Heri Nabit: Sesuai Arahan Presiden dan Mendagri
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More