Bumi Baru Perspektif ‘Laudato Si’ Paus Fransiskus dan Relevansinya dalam Upaya Menyelamatkan Bumi Indonesia yang Kian Suram
Oleh Bruder Yulius Sudir, SVD (Koordinator JPIC Keuskupan Agung Samarinda)**
Di wilayah lainnya di Indonesia mungkin mengalami yang hal sama seperti yang sudah, sedang dan akan terjadi di bumi Kalimantan. Seperti di wilayah sumatera, Papua dan di wilayah NTT. Di NTT misalnya di wilayah Manggarai Raya telah terjadi degradasi lingkungan secara luas dan permanen seperti di Tumbak, Lengko Lolok dan Torong Besi.
Baru-baru ini terjadi perusakan hutan di wilayah Kabupaten Manggarai Barat seluas 30 Ha di dalam hutan Bowosie untuk proyek pembibitan kayu dan buah oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Padahal hutan Bowsie di dalamnya ada sumber mata air yang menghidup masyarakat di sekitarnya termasuk wilayah Labuan Bajo yang kekurangan air (Floresa.co/22021/08/26).
Dari gambaran dan uraian di atas, penulis menggarisbawahi beberapa poin penting.
Pertama, Tingkat degradasi lingkungan alam secara luas dan permanen tak terbendung lagi seperti yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Kedua, Degradasi hak-hak dasar masyarakat seperti hak-hak masyarakat adat atas tanah dan lingkungan hidupnya; hak untuk hidup layak. Dampak ekonomis kegiatan pertambangan, perkebunan bagi masyarakat tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh aktus-aktus tersebut.
Terima kasih, Pater. Artikel ini sangat membantu kami uituk mengembangkan advokasi yang relevan, menyeluruh dengan kerja-kerja penguatan di tingkat Komunitas Basis. 🙏🏽
Maaf, terima kasih, Bruder Yulius. Salam kenal, saya Yuliana di JPIC OFM Provinsi Duta Damai di Tanah Papua. 🙏🏽