
Bodho dan Begho di Republik Seolah-Olah
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
Emang ada yang salah?
Jelas ada yang salah, karena jika tidak tahu bahwa tidak tahu, itulah bencana terbesar seorang manusia. Katastrofe. Istilah Latin-nya: ignorantia ignorantiae. Lebih baik lupa daripada tidak tahu.
Gak tahulah. Bodoh amattttt, EGP (=emang gue pikirin).
Ya sudah, back to laptop, tentang tema kita: munafikologi! Begini Be, apakah munafik ini identik dengan istilah bermuka dua dan srigala berbulu domba?
Ya, ya, setuju…
Sama dong dengan koin. Uang koin kita kan bermuka dua, berarti itu tanda munafik?
Bodho, Bodho, melenceng jauh kamu.
Bagaimana dengan srigala dan domba yang dibawa-bawa? Mereka gak ngapa-ngapain koq dibawa-bawa ke dalam urusan manusia.
Kali ini kamu benar, Bo. Memang tidak ada binatang sebuas sekaligus semalas manusia. Tidak ada binatang kejam, hewan malas, apalagi serigala dan domba, bukankah baik buruk itu hanya untuk manusia yang memang diberikan dua jalan itu? Srigala tak bisa disebut kejam ketika dia menghabisi rusa. Hanya manusia yang bisa disebut kejam karena membiarkan manusia lain tertindas, sedang sebenarnya ia mampu untuk menolongnya. Sekalipun, misalnya hanya dengan ketulusan doa.
Aduh Be, saya benar-benar tersentuh; jadi pengen cepat-cepat bertobat
Kenapa?
Lha, saya selama ini hanya omon-omon, semua yang saya mau lakukan mengikuti apa yang kamu lakukan, sdh ketahuan lebih dulu. Di mana-mana saya dengar mereka di luar sana bilang saya ini meong-lah, bebal-lah, psikopat-lah, dan yang paling kejam, mereka bilang saya ini homo atau gay. Distrust di mana-mana.
Lha, itu kamu tahu. Ingat ya Bo, dalam sejarah peradaban, kehancuran berawal dari distrust. Keruntuhan menara Babel karena Allah mengacaukan komunikasi antara manusia. Mereka tidak saling mengerti. Nanti kamu juga begitu. Distrust ini pasti mengacaukan kamu dan orang-orangmu yang kamu pimpin. Semakin kamu omon-omon, semakin mempertinggi jurang kehancuranmu.
Tapi Be, munafik dan omon-omon hanya strategiku. Saya nanya kamu, bagaimana kalau itu hanya sebatas strategi
Koq nanya saya?
Wuallah, jawab aja kenapa.
Begini ya Bo. Jika memang itu strategimu, itu persis sama jika kamu melempar dadu ke tengah-tengah orang-orangmu agar mereka satu sama lain tak dapat saling percaya dan dipercaya, tak mampu saling memahami dan dipahami.
Aduh, berarti khaos dan disorder menunggu waktu.
Itu kamu tahu. Dasar bodoh.
Hahahahahaa, kamu juga bego.***