Bodho dan Begho di Republik Seolah-Olah
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
Hahahaha, begini. Dulu, maling ya nyuri (=baca: curi). Yang saya lakukan sekarang ialah ubah undang-undang agar malingnya lebih halus dan kelihatan legal. Kalau mau jadi Wapres, yah, ubah undang-undang di MK, ubah undang-undang kepolisian dan KPK. Ini semua dimaksudkan agar nyolong dan nyurinya lebih afdol. Terakhir ini UU TNI, tempatkan dulu tentara-tentara di jabatan sipil, sesudah itu barulah direvisi undang undangnya. Begitu juga nanti di BUMN. Supaya korupsinya lebih halus dan canggih, saya akan ubah UU BUMN. Dalam istilah keren-nya, apa yang saya lakukan ini ialah sebuah logika post-factum, artinya sudah dilakukan terlebih dahulu lalu dicarilah legitimasi dan dibuatlah undang-undangnya.
Wah, wah, wah, hebat kamu Be. Saya pikir kamu selama ini bego seturut namamu, Begho.
Jangan menghina Bo, namamu juga Bodho.
Sama dong kita, Bodho dan Begho, hahahahahaahahaha. Sudahlah, saya kembali ke pertanyaan saya tadi: apa itu munafik?
Ya gak usah nanya-nanya begitu. Ini karakteristik-karakteristik munafik. Ada lima. Pertama, membohong dan mendusta menjadi karakter diri sang munafik, atau istilah keren-nya, hipokrit. Bohong itu ialah saying as not it is tapi mengatakannya as it should be. Artinya, dia tidak mengatakan yang sebenarnya meskipun dia tahu hal itu benar. Kedua, ingkar janjinya sangat mudah semudah meludah. Ketiga, jika diberikan amanah, dia menyepelekan dan tak mau menyelesaikan. Keempat, curang, atau tak mau mengakui kekalahan ketika berdebat, atau menggunakan cara curang untuk membalas orang yang merasa mengalahkannya. Kelima, sebagai konsekwensi dari nomor satu sampai empat, kebodohan adalah bagian integral dari seorang hipkokrit.
Ah yang bener aja kamu, Be. Kamu bilang bodoh?
Iyah, bodoh, bodoh. Tapi jangan salah, stupidity di sini dalam arti dia tahu mana yang sebenar-benarnya benar tetapi dia memperkatakan dan dan melakukan kepalsuan dan mempercayainya. Itu yang saya lakukan selama 10 tahun. Saya memperkatakan kebohongan terus menerus supaya lama-lama rakyat yang terbanyak bodoh di luar sana mempercayainya sebagai kebenaran. Canggih gak hahahahahahaha!
Ohhhhh, pantesan saya dengar mereka bilang kamu itu bapaknya teori sein kiri belok kanan. Tapi Be, jangan-jangan memang kamu gak tahu apa-apa, main nabrak dan hantam aja semua peraturan.
Lho, koq nanya saya.
Hahahahahaaa, senjatamu ya begitu.