Bernadus Barat Daya: Eman, Selamat Tinggal (Bagian 1)

Dua hari sebelum meninggal dunia, ayah tiga anak ini sempat berdiskusi sambil minum kopi bersama teman perjuangannya, Bernadus Barat Daya di Kampung Rangat, Desa Wae Lolos. Berikut cerita pendek Bernafus Barat Daya tentang perjumpaan terakhir dengan Emanuel Selamat

“Kemarin  sekitar jam 9 pagi, saat kami sedang asik minum kopi di depan teras rumah di kampung Rangat, engkau melintas dengan sepeda motormu. Rupanya ketika engkau melihat kami duduk santai, engkaupun berhenti tepat di depan kami. Kami persilahkan duduk depan teras dan ngopi bareng sambil berdiskusi sejumlah hal. Mulai dari soal Dana Pinjan Daerah 1,8 T, soal kondisi jalan yang compang camping, soal ruas jalan Mbuhet-Nunang, soal proyek Geotermal, soal ruas jakan Rangat-Cunca Rami-Werang, soal ‘kiblat’ politik 2024 dan soal spot wisata baru yang perlu dipromosi”, demikian catatan singkat Bernadus Barat Daya dalam postingan facebooknya, Sabtu (7/8) pagi

“Begitulah kita. Kalau bertemu memang biasasnya selalu diisi dgn cerita berisi. Kita hampir tak pernah menyiakan waktu hanya untuk obrolan basa-basi tak berguna. Kita pasti selalu cerita serius dan bahas hal berat. Sekali lagi, itulah kebiasaan kita berdua. Dan saya tahu, pasti engkau lebih banyak mendengar saya kalau itu berkaitan dgn hal ‘ideal’. Kata-kata pujianmu pada saya yang kerap terucap seperti ini:  “bung Bintang memang selalu beriktiar memberi penerangan. Bung Bintang teruslah bersinar”.  Saya tahu maksud pujian  khasmu itu.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More