Namun, kadang bisa jauh dari harapan publik karena lebih gampang terpengaruh dengan imingan pelbagai kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Untuk kepentingan ini, media sosial menjadi incaran banyak orang. Maka politisasi berita dan informasi tak terhindarkan. Fakta kadang-kadang bisa direkayasa sedemikian demi kepentingan konsumen biar cuma segelintir. Bukan tidak mustahil bahwa informasi yang dicetak dan dipublikasikan tentang sebuah fakta dapat saja sengaja dibuat seolah-olah fakta. Kemungkinan seperti itu dapat ada karena media sosial tidak dapat membatasi penyebaran informasi dan berita dan sulit menyeleksi keakuratannya.
Karena itu, zaman ini betul-betul zaman informasi. Aliran informasi terasa betul sampai tak bisa terbendungkan. Alat penyaring berita dan informasi kadang bisa kewalahan. Namun bahasa memiliki kuasa untuk mengontrol selain menyebarluaskan informasi. Sarana yang dipakai untuk mengalirkan mulusnya informasi pun semakin canggih dan mudah-mudah saja. Siapa saja dengan mudah mengungkapkan ”Sajian cepat dan terpercaya” yang kebenarannya tak diragukan. Sajiannya berjenis-jenis bisa menyebar lebih cepat dan luas di media sosial. Ungkapan yang diumbar-umbar di media sosial dapat terkesan semau gue, tanpa harus mempertimbangkan aspek-aspek kebahasaan, sopan santun, dan etika dalam berkomunikasi.