Dengan demikian, menjadi sangat jelaslah bahwa tulisan-tulisan yang terdokumentasi secara literal (tulisan) akan bernilai abadi, dapat tersimpan sepanjang sejarah hidup manusia. Boleh kita katakan bahwa budaya literal (tulisan) adalah budaya abadi dan universal. Ilmu pengetahuan yang dipelajari hingga saat ini adalah produk dari budaya literal (tulisan) yang sudah berabad-abad lalu dan abadi hingga saat ini dan selanjutnya. Sebagai contoh, suatu produk yang berupa tulisan dapat berupa fiksi dan nonfiksi (cerpen, novel, puisi, drama, dan artikel, esai, feature, kolom). Semuanya telah menjadi sumber ilmu pengetahuan. Budaya literal (tulisan) selalu bernilai pengetahuan dan pengetahuan itu bersifat abadi dan universal.
Karena itu, era dengan budaya literalnya (tulisan) sudah seharusnya mendapat tempat istimewa dalam kehidupan manusia. Sudah saatnya manusia menyadari akan pentingnya proses untuk mencapai budaya literal yang disebut ”menulis” yang perlu dibina, dilatih, dikembangkan, dievaluasi, dan direvitalisasi secara terus menerus agar bisa menyempurnakan hati dan kehidupan manusia serta membangun sebuah peradaban baru. Manusia berbudaya literal (tulisan) adalah manusia berbudaya dan beradab. Dalam hal ini manusia akan berhadapan dengan kemajuan peralatan teknologi yang dengan mudahnya menjaring informasi dan menyebarluaskannya lewat media sosial. Dengan sangat mudah pula manusia memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam upaya menyebarluaskan informasi di samping itu juga manusia mempropagandakan diri dan idenya kepada dunia.