Dampak lain Car Free Day, mempererat soliditas, solidaritas dan toleransi. Di dalam Car Free Day, semua berbaur menjadi satu tanpa sekat perbedaan. Unsur saya, kamu, dia, mereka “dieliminir” menjadi kekitaan yang sangat kuat. Kekitaan inilah menjadi modal dasar kekuatan persatuan, persaudaraan dan kebersamaan sebagai civil sociaty dan masyarakat komunal. Nah, dalam pemahaman seperti ini, hal – hal destruktif yang merusak bangunan persaudaraan setidaknya dapat ditangkal melalui kegiatan positif ini : Car Free Day.
Barangkali ada keberatan, bahwa Car Free Day tidak menjadi satu – satunya untuk memperkuat alasan – alasan di atas, demi melegitimasi kehadirannya, tetapi menghadirkannya sebagai salah satu aktivitas positif, barangkali tidak buruk juga. Seperti aktivitas – aktivitas positif lainnya, aktivitas Car Free Day yang positif juga, bertujuan kepada manusia sebagai subyek satu – satunya yang terbentuk nilai – nilai kemanusiaan.
Lalu, mengapa vakum ? Bisa menjadi alasan yang benar, karena COVID 19 mengharuskannya untuk berhenti sejenak. Tetapi, apakah mesti terus dimaklumi, memberhentikan sejenak Car Free Day, sedangkan aktivitas masal lainnya dibiarkan terus beraktivitas tanpa ada kebijakan untuk “memvakumkannya ” ? Adilkah ini ? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang, kata Ebit G. Ade.