
Maka, kita yang mengalami peristiwa kelahiran Tuhan dalam sukacita Natal ( konteks iman ), kita menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Keberdosaan kita dipulihkan melalui “kelahiran” secara baru di dalam Tuhan. Mengalami “kelahiran” secara baru di dalam Tuhan mengindikasikan bahwa memang sesungguhnya melalui kelahiran Putra – Nya adalah mau mengangkat manusia dari kekelaman kemanusiaannya karena keberdosaannya kepada kekudusan keilahian – Nya karena cinta – Nya. Itulah inkarnasi : Allah menjadi manusia.
Dengan demikian, peristiwa Natal serentak merupakan peristiwa ilahi sekaligus peristiwa manusiawi dalam iman. Kristus berinkarnasi melalui peristiwa kelahiran – Nya ( Allah menjadi manusia ), Kristus yang sama pula mengubah kemanusiaan manusia melalui cara hidup yang baru ( bereinkarnasi : “kelahiran yang baru” ) dalam seluruh aspek hidupnya. Tentu, harapannya adalah : manusia mesti mengubah cara hidupnya untuk tujuan yang mulia : keselamatan.
Hakekat cinta Tuhan adalah keselamatan. Dan hanya kepada manusialah Tuhan menempatkan keselamatan. Keselamatan yang dialami manusia selalu bersumber dari Tuhan. Oleh karenanya, Tuhan menyatakannya melalui INKARNASI ( Allah menjadi manusia ). Itu berarti, mesti juga ada respon yang positif dari manusia yang digerakkan oleh daya ilahi untuk mengubah cara hidup yang baru : REINKARNASI. Dengan itu, Natal kita menjadi sangat bernilai : yang ilahi ( INKARNASI ) memurnikan yang manusiawi (REINKARNASI).***