Ansy Lema Usulkan Pantura Timor Jadi Pilot Project Pengembangan Pesisir Pantai

“Contohnya kebijakan sistem kontrak kapal antara pemerintah daerah dan para nelayan di Pantura, di mana setiap tahunnya nelayan pengguna kapal harus membayar Rp20 hingga 50 juta rupiah kepada pemerintah daerah untuk bisa menggunakan kapal,” papar politisi dari Dapil NTT II itu.

Selain masalah tingginya biaya kontrak kapal, nelayan juga mengeluhkan mangkraknya pembangunan pabrik es batu dan alat penyaringan air laut di Wini. Lebih ironisnya lagi, kapal patroli sangat minim ditemukan di pesisir Pantura. Jika ada kapal nelayan yang tenggelam, korban terlambat ditolong. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kemiskinan struktural terjadi dalam kehidupan nelayan.

“Maka, nelayan Pantura sangat membutuhkan bantuan mulai dari sarana prasarana seperti Kapal 10 GT dan pukat hingga pelayanan keamanan dari kapal patroli dan pengembangan Sumber Daya Manusia serta bantuan pemodalan di Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),” tambahnya.

Menurut Ansy, potensi Pantura sangat besar. Pasar perbatasan di Pantura sering dikunjungi warga Timor Leste, sehingga jadi pusat ekonomi warga. Apalagi wilayah Pantura kaya hasil laut seperti ikan tembang, kembung, julung-julung, dan berbagai tangkapan lainnya. Kini Tanjung Bastian di Wini sering dikunjungi masyarakat Timor.

BACA JUGA:
Fasmadewi di Desa Wisata Coal Menuju Desa Wisata Maju
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More