Alaska Pertanyakan Keterlibatan TNI Dalam Proyek Cetak Sawah Kementan
Meski sudah habiskan anggaran triliunan, Alaska menilai proyek perluasan sawah yang dikerjakan TNI AD lebih pada target luasan, bukan kesiapan lahan untuk diolah oleh calon petani.
Akibatnya lahan yang tidak siap pakai dijadikan persawahan. Karena perluasan sawah hanya bagian tertentu saja yang tercetak lahan sawahnya, yang ditandai dengan adanya petak-petak sawah. Sementara mayoritas lahan tidak menunjukkan adanya sawah baru yang tercetak.
Alaska juga menilai proyek cetak sawah Kementan ini hanya asal-asalan saja karena tidak dilakukan pengujian terlebih dahulu atas lahan yang mau dijadikan sawah. Hanya mengandalkan data visual yang disodorkan oleh pihak Dinas Pertanian setempat. Sehingga terjadi tumpang tindih dengan hutan lindung dan lahan cetak sawah baru.
Mirisnya lagi, proses rekrutmen petani yang dinilai tidaka tepat sasar karena mekanisme rekrutnya dilakukan asal saja. Buktinya sebagian petani yang direkrut bukan berlatar belakang petani.
“Jadi proyek cetak sawah Kementan ini kurang punya rencana yang matang, sehingga pelaksanaan proyek di lapangan asal-asalan saja. Atas dasar ini ,kami mendesak aparat penegak hokum untuk melakukan penyelidikan atas proyek Kementan tersebut. Karena harga per hektar sekitar 16-19 juta per hektarnya terlalu mahal. Dan ada indikasi terjadi kebocoran anggaran,”pungkasnya.(pb-8)