“Air Mata Buaya”; Berjagalah terhadap Tangisan Manipulatif (Bag. II)
Oleh Fardinandus Erikson ( Peminat Karya Pendidikan)
TEORI Dissonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory) – Leon Festinger Salah satu teori yang paling terkenal yang berkaitan dengan inkonsistensi adalah teori disonansi kognitif, yang dikembangkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957. Menurut teori ini, disonansi kognitif terjadi ketika individu mengalami ketegangan atau ketidaknyamanan psikologis karena adanya inkonsistensi antara dua kognisi (pengetahuan, keyakinan, atau sikap) yang dimilikinya, atau antara sikap dan perilaku. Misalnya, seseorang yang merokok namun tahu bahwa merokok dapat merusak kesehatan mungkin merasa tidak nyaman karena ketidakcocokan antara pengetahuan mereka tentang bahaya merokok dan tindakan mereka sendiri. Untuk mengurangi disonansi, individu mungkin akan mengubah sikap atau perilaku mereka, atau mencari pembenaran untuk mempertahankan ketidaksesuaian tersebut.
Teori Identitas Sosial – Henri Tajfel dan John Turner Teori identitas sosial mengemukakan bahwa individu memiliki identitas yang dipengaruhi oleh kelompok sosial tempat mereka berafiliasi. Inkonsistensi dapat muncul ketika ada ketidakcocokan antara identitas individu dan kelompok sosialnya, misalnya ketika seseorang merasa terasing dari kelompoknya karena perubahan nilai atau pandangan. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai kelompok guna mengurangi ketegangan atau inkonsistensi dalam identitasnya. Dalam hal ini, inkonsistensi sering kali berhubungan dengan usaha individu untuk mempertahankan atau mengubah identitas sosial mereka.