“Air Mata Buaya”; Berjagalah terhadap Tangisan Manipulatif (Bag. I)
Oleh Fardinandus Erikson (Peminat Karya Pendidikan)
Dalam kasus-kasus tersebut, tangisan dianggap sebagai “air mata buaya” karena bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi, menghindari tanggung jawab, atau mengelabui orang lain, bukannya berasal dari kesedihan atau penyesalan yang tulus.
Indikator “air mata buaya”
Tangisan yang dikategorikan sebagai “air mata buaya” biasanya memiliki beberapa indikator yang menunjukkan bahwa tangisan tersebut tidak tulus, melainkan digunakan untuk tujuan tertentu seperti menarik perhatian atau mendapatkan keuntungan pribadi. Berikut adalah beberapa indikator bahwa tangisan tersebut bisa dianggap sebagai “air mata buaya”:
1. Motivasi untuk Mendapatkan Simpati atau Keuntungan Pribadi: Salah satu ciri utama air mata buaya adalah tangisan yang muncul untuk meraih simpati atau mendapatkan keuntungan pribadi, seperti keuntungan emosional, material, atau untuk menghindari tanggung jawab. Keuntungan emosional adalah bentuk keuntungan yang diperoleh dengan memanipulasi atau memanfaatkan emosi orang lain untuk mencapai tujuan pribadi, sering kali tanpa niat tulus. Daniel Goleman, psikolog yang memperkenalkan konsep “kecerdasan emosional,” menekankan pentingnya kesadaran dan pengelolaan emosi dalam interaksi sosial. Goleman menjelaskan bahwa individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat memanfaatkan emosi untuk berkomunikasi lebih efektif dan mencapai tujuan mereka. Namun, ia juga mengakui bahwa emosi bisa dimanipulasi untuk keuntungan pribadi, seperti menarik simpati, mempengaruhi keputusan orang lain, atau mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar. Dalam hal ini, kecerdasan emosional bisa dimanfaatkan untuk tujuan manipulatif, meskipun pada dasarnya bertujuan positif.