Sebaliknya kesenangan surgawi, justru, terletak dalam penderitaan, kesengsaraan, yang menyata dalam penghinaan, cemoohan, segala perbuatan baik dicurigai bahkan tidak dihargai, dicampakkan. Penderitaan dalam bahasa teologi disebut salib. Yesus sendiri mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib.” (Mat. 16:24)
Kata-kata ini diikuti dan dihayati secara radikal oleh para orang kudus. Bahkan mereka menyerahkan nyawanya hanya demi Yesus, Allah-manusia. Salah satu orang kudus yang amat terkenal di abad 20 adalah Santa Faustina, rasul Kerahiman Ilahi. Dalam buku hariannya Sta. Faustina menulis, salib adalah penderitaan, permusuhan, penghinaan, penghinaan, kegagalan, dan kecurigaan (BH. No. 57).
Faustina memandang penderitaan sebagai harta terbesar di bumi (BH no. 342). Penderitaan adalah lagu paling merdu di antara semua lagu (BH. No. 385). Lebih dari itu, segala penderitaan dan kesusahan hanya mau mengungkapkan kekudusan jiwa, demikian Faustina (BH. No. 573).