Kita coba menarik titik temu antara Adven dan PEMILU. Barangkali kedua momentum ini ( bisa ) disejajarkan untuk melihat pesan yang sama persis demi kehidupan yang baik adanya ( bonum comunae ). Bahwa Adven adalah sebentuk penantian dan harapan untuk sebuah kehidupan yang baik dalam terang keselamatan, dan pada hal yang lain, PEMILU sebagai momentum hajatan politik untuk juga menata dan memilih ( calon ) pemimpin untuk membawa keselamatan ( baca : perubahan ), mestinya senantiasa menjadi substansi yang mendasari perjuangan menuju kebaikan bersama ( bonum comunae ).
Adven dan PEMILU kita, prinsipnya bukanlah Adven dan PEMILU yang artifisial. Adven dan PEMILU kita adalah Adven dan PEMILU yang subtansial. Adven kita bukan sekedar menata rambut kita menjadi lurus, bukan sekedar menjadi dekorator pohon natal yang terbaik, bukan sekedar mempersiapkan seperti apa model seragam untuk anggota koor dan lain sebagainya. Tetapi Adven kita adalah kesempatan kita untuk menata hati menyambut kembali Sang Mesias untuk menjawabi duka dan kecemasan kita. Dan PEMILU kita, bukan sekedar kita memilih ( calon ) pemimpin yang berjiwa ” Sinterclass “. Kita memilih ( calon ) pemimpin yang mampu menjadi ” Salvatores ” ( penyelamat ), yang membawa kegembiraan dan harapan, yang membebaskan duka dan kecemasan rakyat. Tetapi PEMILU adalah momentum kita menanti terlahirnya ( calon ) pemimpin yang ” Mesianis “, menanti terlahirnya ( calon ) pemimpin yang menjawabi dan mengurai kompleksitas persoalan dehumanisasi.