
Ad Multos Annos Republik Indonesia, Quo Vadis Pasca Usia 80 Tahun?
Penulis Walburgus Abulat (Alumnus IFTK Ledalero, Penulis Buku, dan Pernah Mengajar Logika dan Pengantar Filsafat di Seminari Tinggi Claret Kupang)
Mungkin ada di antara anak bangsa ini yang juga bertanya mengapa dalam ziarah bangsa ini, selalu ada usaha untuk menjinakkan kawan atau lawan atas skenario tertentu yang pada akhirnya menyebabkan lunturnya nilai-nilai kehidupan bersama kita, kacau kecewanya martabat kemanusiaan dan gonta gantinya kebijakan dengan pesan sponsor tertentu asal bapak senang (ABS), asal berbeda, asal berbunyi (asbun), dan asal lu tau (you know) selagi beta berkuasa, dan asal-asalan lainnya.
Seraya merenungi ziarah perjalanan bangsa ini dan memaknai semangat HUT Kemerdekaan RI ke-80 tahun ini yang mengusung tema Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju dan berupaya memaknai aneka pertanyaan yang terbersit di atas, terlintas di benakku buah pikiran Confisius seorang pemikir Cina, demikian petikannya “Kiranya sulit untuk mengharapkan dari orang-orang yang sepanjang hari menjejali mulutnya dengan makanan sementara itu sama sekali tidak pernah menggunakan otaknya. Bahkan penjudi sekali pun mengerjakan sesuatu dibandingkan mereka yang kerjanya duduk ongkang-ongkang.”