Saya sempat membatin setelah si kakek-nenek itu menghilang dari pandangan mataku. KA itu mulai bergerak perlahan meninggalkan stasiun Tugu dan saya yang masih harus menunggu giliran. Kami datang sebagai manusia calon penumpang secara kebetulan berkumpul di stasiun KA Tugu – Yogyakarta. Kami tidak dipanggil untuk berkumpul di sini tetapi kami harus ke sini supaya kami boleh berangkat dari sini. Memang kebetulan yang lebih tua didahulukan berangkat sesuai jadwal KA yang tertera pada tiket masing-masing. Yang lebih muda boleh kemudian berangkatnya juga sesuai jadwal yang tertera pada tiketku. Akan tetapi jadwal dapat berubah, bisa dibalik tergantung pengatur jalur dan jadwal KA. Waktu untuk berangkat dan tiba sangat bergantung pada si pembuat jadwal. Kebetulan atau tidak kebetulan untuk tiba dan berangkat bersama bergantung kepada si pembeli tiket dan pengatur jadwal KA.
Akhirnya, harus diakui bahwa baik yang tua maupun yang lebih muda akan berangkat juga sesuai dengan jadwal yang tertera pada tiket masing-masing. Tak ada yang mau menetap karena pada suatu ketika semua akhirnya memutuskan mau berangkat. Yang pasti, suatu perjalanan harus dilalui supaya boleh mendapatkan suasana baru yang telah dijanjikan. Yang menjajikan dan merindukan kita sedang menunggu di sana. Ia boleh menjemput kita kapan saja sesuai jadwal yang sudah dibuatkannya. Hanya kebetulan yang boleh menjadi hiasan realitas dunia. Tetapi untuk semua sudah terjadwal dengan baik dan pasti.
Selamat mengabadikan hidup ini dengan pengalaman yang baik baik supaya boleh
diceritakan yang baik baik, dan
mewariskan yang baik baik pula!
***
Terimakasih banyak Pater,artikelnya sangatat menyenangkan.Saya pribadi seringkali mengalami hambatan ketika hendak berjalan-jalan,seperti salah satunya sudah pater jelaskan yaitu masakah biaya,sain itu saya orangnya terlalu ribet,kalau berpergian jauh pasti banyak sekali barang -barang yang ingin dibawa padahal sampai ditempat tujuan barang-barang itu tidak diperlukan.Tapi saya berharap dimasa tua nanti saya masih bisa berpergian seperti kakek dan nenek itu.
Saya menyukai bagian si kakek dan nenek yang ternyata tahu momen mana yang penting dan layak diabaikan