Happy Mother’s Day (Refleksi dan Kado Kecil untuk Kaum Ibu)
Oleh : "Sang Penutur", Alvares Keupung
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintangan untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas ibu…. ibu
Ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa – doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa ku membalas ibu…. ibu
***
Pada akhirnya, kita tidak pernah tahu apa yang melatari seorang Iwan Fals ” merilis ” perasaannya lewat lagu tentang IBU sebagaimana syair di atas dengan pesan yang dalam menghentak jiwa. Dan apa pun definisi yang kita berikan, pada akhirnya menghantar kita kepada sebuah pengakuan yang paling mendasar ( legitimasi substantif ) bahwa posisi seorang ibu seibarat ” bumi ” yang memberikan kehidupan.
Sepanjang sejarah, kita melihat bahwa pendefinisian tentang ibu lebih cenderung merujuk kepada pendefinisian biologis : dia adalah seorang ” perempuan ( yang ) mempunyai kemampuan untuk hamil ” ( Gadis Arivia, 2006 : 85 ), melahirkan, menyusui dan membesarkan anak manusia. Oleh sebab itu, pendefinisian demikian telah memposisikan banyak pemikiran, bahwa seorang ibu itu lemah, sensitif dan emosional. Pola pemikiran yang demikian, setidaknya melahirkan pandangan yang ekstrem : perempuan sebagai makhluk yang tidak berdaya sehingga peran ( sebagaimana perempuan pada umumnya ) publiknya tidak mendapatkan posisi yang setara dengan kaum lelaki.