Jokowisme, Isu, dan Sampah Demokrasi
Oleh Yohanes Yarno Dano, Ketua Lembaga Pemerhati Demokrasi Indonesia (LPDI)
PEMILU 2024 memperjelas bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menjadikan opini publik (pendapat umum) sebagai suatu kebenaran yang tak perlu dikritisi lagi. Padahal, dari pengalaman pentas politik di Indonesia, dunia politik seringkali menggiring isu untuk dijadikan sebagai opini publik jelang, saat, atau pasca kontestasi politik (Pemilu) digelar. Hal itu didukung pula oleh perkembangan media sosial yang begitu pesat dan pengaruhnya yang begitu kuat di tengah masyarakat dan seringkali dijadikan sebagai alat propaganda politik. Di era sosial media sekarang ini informasi apa pun mampu menyelinap ke setiap bilik mata dan pikiran masyarakat nyaris tanpa sekat melalui media smartphone yang semakin canggih dan up to date.
Mirisnya lagi, penyebaran informasi yang begitu masif di tengah minimnya kesadaran berfikir kritis tidak hanya menjangkiti kalangan masyarakat biasa dan generasi muda, tapi juga politisi bahkan elit politik. Efeknya, masyarakat seringkali mudah percaya pada isu dan berita-berita hoax. Fatalnya lagi isu dan berita berita hoax seringkali dijadikan sebagai rujukan dan pembenaran. Pada akhirnya, isu menguasai metodologi di ruang publik tanpa difilter sedikit pun.