TTU Butuh Perubahan

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) merupakan salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste di Provinsi NTT dan termasuk daerah dengan kategori 3T (Terpencil, Tertinggal dan Terdepan).

Walaupun berstatus 3T, pembangunan di daerah ini sangat lamban dan terkesan berjalan di tempat.
Kondisi ini mengundang keprihatinan dari berbagai pihak termasuk tokoh-tokoh masyarakat di TTU dan tokoh-tokoh TTU Diaspora.

“Saya prihatin dengan kondisi TTU saat ini. Biaya hidup di kampung jauh lebih tinggi dari pada di kota. Sayuran saja jarang ada yang tanam, sirih pinang semakin mahal. Padahal itu kebutuhan masyarakat sehari-hari mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Ayam kampung untuk bakar lilin kepada leluhur saja harus beli dari Pasar Baru Kota Kefamrnanu yang jaraknya puluhan km”. Ungkap Kamillus salah satu tokoh Diaspora TTU di Jakarta asal Naekake A, Kecamatan Mutis.

“Seharusnya kalau ke kampung bawaannya teh, kopi, minyak goreng, biskuit atau roti dan lain-lain. Ini sayuran saja bawa dari Kota Kefa ke kampung. Cari ayam kampung untuk bakar lilin kepada leluhur saja harus beli di Kota Kefamenanu, dan lain-lain. Padahal kebutuhan-kebutuhan seperti ini bisa diperoleh di kampung yang nota bene mayoritas penduduknya petani.

BACA JUGA:
Meriahkan Harlah Satu Abad NU, KH Aim Zaimuddin: Acara ini Membangun Peradaban dan Merekatkan Persaudaraan Antar Umat Beragama
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More