Mengigau vs Estetika Berpikir

oleh Charles Jama, Dosen Seni Universitas Nusa Cendana

Estetika Caci dan Legalitas Tanah Ulayat
Penulis / Charles Jama. (Foto istimewa)

 

Berpikir Viralitas dan Mengigau

MASYARAKAT Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dipimpin oleh Gubernur Viktor Laiskodat selalu dikejutkan oleh berbagai kebijakan yang kontroversial. Masih ingat dibenak kita, setiap Rabu masyarakat NTT diminta untuk berbahasa Inggris. Ide berbahasa Inggris untuk masyarakat NTT saya kira baik, namun terlalu bombastis. Kenapa bombastis?

Pertama, bahasa Inggris bukanlah bahasa resmi Negara Indonesia. Seharusnya gubernur melalui dinas terkait membuat program pendokumentasian bahasa-bahasa daerah di NTT yang hampir punah, sebab bahasa daerah merupakan kekayaan daerah ini.

Kedua, kebijakan ini tidak didasari oleh sebuah kajian ilmiah yang komprehensif. Terlebih lagi bahasa Inggris bukan bahasa yang digunakan oleh masyarakat NTT dalam berkomunikasi. Kebijakan ini dibaca sebagai libido berpikir yang sesat.

Progam yang masih hangat sampai saat ini dibincangkan adalah menanam kelor dan mengonsumsi kelor. Program ini viral pada masa awal kepemimpinannya, dan selalu menjadi perbincangan masyarakat NTT. Barangkali program menanam dan mengonsumsi kelor sedikit berlebihan, mengingat masyarakat NTT sudah sejak lama mengonsumsi dan menanam kelor dipekarangan rumah.

BACA JUGA:
Human Trafficking di NTT Sebuah Narasi Kerapuhan; “Refleksi Memperingati Hari Anti Perdagangan Orang 2023”
Berita Terkait
1 Komen
  1. babas berkata

    ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More