24 Alumni IFTK Ledalero Jadi Uskup, 14 dari Seminari Tinggi Ritapiret, 10 dari Seminari Tinggi Ledalero

Wall Abulat (Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati dan Alumnus IFTK Ledalero)

24 Alumni IFTK Ledalero Jadi Uskup, 14 dari Seminari Tinggi Ritapiret, 10 dari Seminari Tinggi Ledalero
Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni. Foto istimewa

 

Pada tahun  1933, Novisiat pertama dimulai di Mataloko dengan upacara penerimaan jubah. Para frater Novis ini sudah setahun belajar filsafat. Oleh karena itu tahun 1932 seharusnya ditetapkan sebagai tahun berdirinya STFK, yang kemudian berpindah ke Ledalero. Keputusan untuk pindah ke Ledalero diambil pimpinan umum di Roma pada tahun 1934 sehingga tahun 1935-1937 terjadi pembangunan berkelanjutan di Ledalero.

Selain jejak ziarah di atas, juga ada momen berahmat yang harus dicatat dalam upaya memaknai gelar akademik STFK Ledaler. Di antaranya momen ketika tahun 1969 dicatat sebagai tonggak sejarah yang penting  bagi STFK Ledalero  karena pada tahun ini lembaga yang sebelumnya hanya dikenal sebagai Seminari Tinggi Ledalero diakui oleh pemerintah RI sebagai Sekolah Tinggi Filsafat/Teologi Katolik (STF/TK) Ledalero.

Dengan adanya legitimasi dari pemerintah ini maka sejak saat itu, Ledalero tidak saja sebagai lembaga pendidikan tinggi bagi para calon imam, tetapi juga menjadi lembaga pendidikan yang menjangkau kaum awam.

BACA JUGA:
Kelompok Teroris Serang Gereja di Rwanda , 15 Orang Tewas
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More